Senin, 13 September 2010
Minggu, 29 Agustus 2010
Tanaman Kakao di Kota Sabang
Pengembangan tanaman kakao di Kota Sabang telah mulai dilaksanakan sejak era tahun 1990-an, pada saat itu penanaman dilakukan secara besar2an (ratusan Ha) utk skala daerah pulau seperti Sabang, animo masyarakat pada saat itu relatif cukup tinggi apa lagi ditunjang bantuan yang diberikan oleh pemerintah melalui Disbun Aceh berupa bibit, sarana produksi dan upah kerja (HOK) untuk setiap petani peserta kegiatan (saat itu proyek).
Dalam perkembangannya tanaman kakao tersebut tumbuh sangat beragam dan banyak juga yang mati akibat pemeliharaan lanjutan yang relatif kurang sehingga banyak tanaman kakao yg tidak produktif, terlantar dan bahkan mati.
Sejak krisis moneter melanda Indonesia pada tahun 1997/1998 yang berakibat pada membaiknya harga komoditi kakao sehingga petani di Sabang menjadi bergairah kembali untuk mengusahakan tanaman kakaonya, hal ini ditandai dengan banyaknya petani yang berkeinginan mendapatkan bibit kakao melalaui kegiatan yang ada melaui Bidang Perkebunan pada Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian Kota Sabang.
Dalam perkembangan selanjutnya akibat fluktuasi harga yang dipengaruhi oleh harga pasar dunia juga berakibat pada kegairahan petani dalam mengusahakan tanaman kakaonya.
Pada tahun 2008 Pemerintah Aceh melalui dana Otonomi Khusus (OTSUS) juga telah melaksanakan pengembangan kakao di Kota Sabang, sifat bantuan berupa bibit kakao siap tanam.
Pemerintah Kota Sabang melalui Bidang Perkebunan pada Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian juga merencanakan program pemeliharaan tanaman kakao secara berkelanjutan mulai tahun 2010 berupa bimbingan/penyuluhan dalam hal pemangkasan, pemupukan serta pengendalian OPT. Disamping itu juga penyediaan bantuan sarana produksi pupuk, pestisida dan Hand Sprayer, hal ini mengingat pertanaman kakao rakyat sebagian besar relatif sudah tidak dilakukan pemeliharaan akibat dari keterbatasan dana masyarakat.
Berikut adalah kondisi terkini dari sebagian pertanaman kakao masyarakat yang menjadi peserta pada kegiatan Pemeliharaan Tanaman Kakao Rakyat sumber dana APBK Sabang Tahun 2010.
Kebun kakao rakyat di Gampong Anoi Itam
PPL sedang memberikan penyuluhan tentang cara dan manfaat pemangkasan kakao.
Berikut adalah kondisi terkini dari sebagian pertanaman kakao masyarakat yang menjadi peserta pada kegiatan Pemeliharaan Tanaman Kakao Rakyat sumber dana APBK Sabang Tahun 2010.
Kebun kakao rakyat di Gampong Anoi Itam
PPL sedang memberikan penyuluhan tentang cara dan manfaat pemangkasan kakao.
PPL dan petugas teknis Bidang Perkebunan sedang memberikan penyuluhan tentang teknik pemanenan dan pengendalian hama.
Hamparan kebun kakao rakyat intercropping dengan tanaman kelapa.
Buah kakao
Pengendalian Hama pada Tanaman Kelapa
Tanaman Kelapa merupakan tanaman yang tumbuh subur di daerah tropis dataran rendah.
Dalam pembudidayaannya tidak luput dari serangan hama dan penyakit yang berakibat pada menurunnya produksi dan produktifitas.
Kota Sabang merupakan daerah yang sangat potensial untuk pertumbuhan kelapa, namun pada beberapa waktu yang lalu telah terserang oleh hama Brontispa longissima L. Hama Brontispa menyerang tanaman kelapa pada daun terutama daun muda yang dimulai dengan menyerang janur.
Pengendalian yang telah dilakukan dengan menggunakan metoda Pengendalian Hama Terpadu yaitu menggunakan musuh alami berupa jamur Metarrhizium dan parasit Tetrastichus serta secara mekanik dengan cara pemotongan janur tanaman yang terserang dan disemprotkan dengan jamur metarrhizium.
Pengendalian yang telah dilakukan di Kota Sabang dimulai sejak tahun 2006 dengan mengintroduksi parasit Tetrastichus dari Sumut, untuk melatih ketrampilan petugas yang akan menangani pengendalian Brontispa telah dikirim untuk mengikuti pelatihan singkat ke Sulawesi Utara.
Sejak 2006 sampai dengan 2009 melalui alokasi dana dari APBN dan APBK telah dilaksanakan pengendalian pada semua kawasan kebun masyarakat yang terserang hama, hasilnya semua tanaman kelapa saat ini telah bebas dari Brontispa.
Permasalahan yang dihadapi dalam pengendalian ini yaitu untuk mempertahankan hidup parasit tetrastichus dibutuhkan waktu dan ketelitian sehingga untuk mengendalikan dalam jumlah yang luas dibutuhkan waktu yang relatif lama.
Dalam pembudidayaannya tidak luput dari serangan hama dan penyakit yang berakibat pada menurunnya produksi dan produktifitas.
Kota Sabang merupakan daerah yang sangat potensial untuk pertumbuhan kelapa, namun pada beberapa waktu yang lalu telah terserang oleh hama Brontispa longissima L. Hama Brontispa menyerang tanaman kelapa pada daun terutama daun muda yang dimulai dengan menyerang janur.
Pengendalian yang telah dilakukan dengan menggunakan metoda Pengendalian Hama Terpadu yaitu menggunakan musuh alami berupa jamur Metarrhizium dan parasit Tetrastichus serta secara mekanik dengan cara pemotongan janur tanaman yang terserang dan disemprotkan dengan jamur metarrhizium.
Pengendalian yang telah dilakukan di Kota Sabang dimulai sejak tahun 2006 dengan mengintroduksi parasit Tetrastichus dari Sumut, untuk melatih ketrampilan petugas yang akan menangani pengendalian Brontispa telah dikirim untuk mengikuti pelatihan singkat ke Sulawesi Utara.
Sejak 2006 sampai dengan 2009 melalui alokasi dana dari APBN dan APBK telah dilaksanakan pengendalian pada semua kawasan kebun masyarakat yang terserang hama, hasilnya semua tanaman kelapa saat ini telah bebas dari Brontispa.
Permasalahan yang dihadapi dalam pengendalian ini yaitu untuk mempertahankan hidup parasit tetrastichus dibutuhkan waktu dan ketelitian sehingga untuk mengendalikan dalam jumlah yang luas dibutuhkan waktu yang relatif lama.
Langganan:
Postingan (Atom)